Kamis, 02 April 2009

Kebesaran Allah

Jebolnya tanggul Situ Gintung, Tangerang, Banten. rumah, harta benda dan nyawa terseret air bah dan tertimbun puing serta longsoran. Hingga Ahad (29/3) siang, sudah 93 orang ditemukan meninggal. Sementara 102 lainnya belum ditemukan.

Dari sebuah video yang diunggah ke situs di alamat youtube. Dalam video yang berdurasi 4 menit 6 detik, video milik fitriscooter99, menggambarkan sebuah masjid berlantai 2 yang tetap berdiri.

Sementara, rumah-rumah penduduk di sekitarnya banyak yang rata dengan tanah. Dalam video juga tergambar, sebuah rumah yang berada di ketinggian akhirnya roboh akibat tanah longsor.

Air terlihat sudah mulai surut, namun kondisi tanah di tempat yang lebih tinggi terlihat rawan longsor. Warga banyak yang berkumpul untuk melihat kondisi di Kampung Situ.

Selain itu Sebuah musala tetap berdiri tegak di tengah reruntuhan bangunan yang hancur akibat terhantam air yang berasal dari tanggul Situ Gintung yang jebol, pagi tadi.

Adalah Musala Al Muhajirin yang terletak di Rt04/RW08, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat. Musala ini berada tepat di tengah-tengah pemukiman warga.

Pantauan okezone di lokasi, Jumat (27/3/2009), rumah di sekitar Musala Al Muhajirin hancur bahkan rata dengan tanah. Namun Musala tetap berdiri kokoh, hanya saja di lantai satu tergenang air setinggi lutut orang dewasa.

Menurutnya, warga setempat sempat menjalani salat Subuh di Musala. “Baru terjadi banjir setelah kita selesai salat Subuh,” pungkasnya.

Sementara itu Sebuah peristiwa yang sulit dipercaya dengan akal terjadi di tengah tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung di Cirendeu, Ciputat, Tangerang. Satu buah Alquran ditemukan di atas meja yang penuh air dan lumpur, dalam keadaan kering.

Alquran tersebut ditemukan di atas meja di ruang Sekretariat Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Saat ditemukan, Alquran tersebut dalam keadaan kering sedangkan meja sudah terendam air dan lumpur.

Pantauan okezone di lokasi, Jumat (27/3/2009), sejumlah barang seperti meja, televisi, dan komputer terhempas air dan lumpur.

“Sejarahnya Alquran ini merupakan hadiah dari Kedutaan Arab Saudi pada tahun 1990-an lalu. Memang Alquran ini sering digunakan para dosen,” kata salah satu dosen UMJ Yati Suyati.

Alquran berukuran besar dan berwarna hijau itu saat ini telah diamankan di tempat yang lebih aman.

Subhanallah… Inikah mukjizat yang diperlihatkan Allah kepada kita sekarang ini?

Selanjutnya Bencana galodo yang melanda Kenagarian Pasie Laweh, Kecamatan Sungai Tarab,
Tanah Data, pada berita Metro Senin (30/3) mengingatkan masyarakat dengan kejadian serupa 30 tahun lalu. Menurut keterangan para sepuh, galodo sudah untuk ketiga kalinya melanda wilayah tersebut.
Entah kebetulan saja, atau memang rencana Allah SWT, galodo terjadi di tiga tahun yang berakhir dengan angka 9 (1959, 1979, dan 2009). Selain itu, ternyata masih banyak keganjilan dan keunikan lain yang mengentalkan petuah orang-orang tua soal negeri di pinggang Gunung Marapi.

Malona, begitulah orang Sungai Tarab menyebut sungai yang membelah kecamatan mereka. Malona juga berarti aliran air yang datang dari lereng Gunung Marapi. “Tahun 1979 pernah lo kajadian nan bantuakko. Tapi iko nan paliang gadang,” ungkap Kamssari (65), salah seorang korban yang pernah berhadapan dengan kejadian serupa dua kali. “Wakatu 79 tu, suami ambo maningga. Yang salamaik ambo jo anak-anak,” katanya.

Warga Jorong Babussalam, Kecamatan Sungai Tarab itu mengatakan, seperti juga kejadian di tahun 1979, kali ini Galodo juga diawali dengan suara patuih tungga diiringi bunyi bergemuruh seperti mesin huller baru dinyalakan. “Kini, ambo anak beranak bisa salamaik dek hari masih pagi. Galodo mulai jam anam, salasai jam sambilan,” sebutnya seolah tak sadar angka sembilan muncul lagi dalam pembicaraan.

Menurut ceritanya, usai galodo tahun 1979, Kamsari sekeluarga mengikuti program transmigrasi bersama anak-anaknya ke Pesisir Selatan. “Alah 25 tahun di Pasisia, kami baliak ka siko. Sabab tanah kami di siko,” katanya.
Jamilis (63) tetangga Kamsari yang rumahnya selamat dari kedua galodo mengatakan, bencana serupa juga pernah terjadi tahun 1959. “Galodo nan kini ko duo kali lipek dari galodo-galodo sabalumnyo,” katanya. Usai galodo tahun 1979, Jamilis tetap tinggal di lokasi rumahnya yang terletak di ketinggian.

Selain cerita soal dua galodo sebelumnya, Kamsari dan Jamilis juga menceritakan perihal Masjid Babussalam yang selamat melewati setiap galodo. “Jorong ko banamo Babussalam, samo jo namo masjid kami. Baiak dulu atau kini, masjid tu tetap salamaik walau lah kanai galodo bagai,” katanya. Pengamatan POSMETRO hari itu, Masjid Babussalam berdiri kokoh, sementara bangunan sekitarnya rata dengan tanah, runtuh dan tertimbun material galodo.

Kejadian Tsunami di NAD 26 Desember 2004 lalu di Kota Meulaboh yang sekitar 80 persen infrastrukturnya hancur. Allah menampakkan kebesaran dan keagungan-Nya.

Terbukti, meski kondisi sebagian besar rumah di tanah rencong rata dengan tanah, bangunan Masjid Rahmatullah yang berada di Kampung Lhoknga, Kecamatan Aceh Besar, selamat dan berdiri kukuh. Masjid dengan tiga kubah yang didirikan pada 12 September 1997 itu mampu bertahan meski sudah digelontor amukan gelombang tsunami yang amat dahsyat. Karena letaknya di tengah lembah dan di kala seluruh bangunan di sekitarnya rebah, masjid bercat putih tersebut bila dipandang dari kejauhan tampak mengapung ke udara.
Subhanallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar